Langsung ke konten utama

Day 3 - 29 April 2019, Kuala Lumpur (Pavilion Mall, MyDin Masjid India, Alor Street Art, Changkat Walking Street, River of Life)

Pagi ini ke lapangan merdeka, yang seharusnya itu kemarin. Keluar apartemen jam 10 dengan Grab seharga 12RM. Stop di depan Bangunan Sultan Abdul Samad. Bangunan ini bagusnya difoto dari lapangan merdeka jadi bisa full terlihat.

Sultan Abdul Samad Building (foto lama)

Menyeberang ke KL City Gallery. Saya sudah siap mau bayar tiket masuk 10RM per orang (berdasarkan website), tapi ternyata gratis. Saya tanya kenapa gratis, apa mungkin cuma khusus hari ini atau karena ada acara, ternyata gak, KL City Gallery digratiskan sudah kurang lebih 4-5 bulan terakhir. Zaya zuka yang gratiz-gratiz begini, hehehe. Kalau dulu, tiket masuk 5RM bisa dibelanjakan di toko souvenir.

Di lantai bawah setelah Information Centre, ada foto-foto dan miniature KL jaman dulu. Masuk lagi, dan ada sedikit perubahan, 2 tahun lalu yang dipajang adalah lukisan-lukisan, sekarang lebih ke foto-foto Malaysia. Di dekat WC ada galeri batik, tapi gak kesana karena WCnya bau. Mau lanjut ke lantai 2, Bapak gak ikut aja soalnya kasian naik-naik tangga. Jadi kami suruh duduk di Arch café dekat toko souvenir.


Exhibition di lantai 1

Di lantai 2 yang lebih banyak perubahan. Lebih banyak spot foto. Dan ramai! Jadi sambil nunggu ruangan City Model Show dibuka lagi, pengunjung bisa foto-foto dulu.





Ada satu tempat di lantai 2 yang sebenarnya paling saya suka di KL City Gallery ini, bahkan lebih dari sign I Love KL. Ruangan Spectacular City Model Show, tempat diorama Kota Kuala Lumpur dengan layar. Videonya kurang lebih 5-10 menit. Mereka memperkenalkan Malaysia dengan video dan gambar-gambar yang menarik, prestasi-prestasi Negara khususnya di bidang pariwisata. Mereka juga kasih liat perencanaan mereka untuk beberapa tahun ke depan. Saya fokus banget ngeliatinnya. Walaupun sudah pernah liat sebelumnya. Saya suka dengan perencanaan seperti ini, jadi jelas tujuannya apa, mau seperti apa, bakal gimana. Coba Indonesia, atau di Jakarta sebagai ibukota bisa ada seperti ini. Dan satu lagi, diorama kotanya bagus. Karena apa? Karena pakai lampu-lampu, hehehe.

Spectacular City Model Show

Spectacular City Model Show

Selesai itu lalu kami turun lagi dan ada spot foto baru yang bagus, tapi antrinya lumayanlah. Bisa selesai bikin satu skripsi saking lamanya. Walaupun saya kecewa karena gak ada lagi pekerja yang ngukir-ngukir miniature di ruangan kaca seperti dulu. Sayang sekali. 

Spot foto baru

Spot foto baru

Terus lanjut ke toko souvenir. Sekarang jadi lebih sedikit karena harus berbagi ruangan dengan Arch café. Tapi bagus juga sih buat yang mau santai-santai sambil liatin souvenir. Saya pun sebagai pecinta souvenir atau pajangan, suka dengan ukiran di bingkai-bingkai gini. Harganya masih masuk akal apalagi kalau dilihat dengan tingkat kerapian dan detailnya. Satu figura ukiran landmark Malaysia harganya sekitar 300ribuan.





Selesai dari dalam, kami lanjut ke spot selanjutnya yaitu sign fenomenal yang diburu oleh turis-turis, I Love KL. Bahkan disediakan payung untuk yang antri. Berguna banget loh ditengah panas gini. Beginilah seharusnya cara men-treat wisatawan. Oiya, nanti bakal ada fotografer kaya dikawinan-kawinan gitu loh, yang kita jadi dibuat kaya dikejar paparazzi. Saya lagi atur-atur pose Bapak dan Ibu mau foto, mas fotografernya tinggal jepret. Pesan Grab gak sampai 5 menit, dikejar masnya pas mau naik ke mobil, sudah jadi aja tuh foto di piringan plastik. Harganya 35RM, saya tawar 25RM karena kasian liat masnya.

Priceless

Makan siangnya kami pilih di Food Republic Pavilion di Level 1. Dari Lapangan Merdeka ke Pavilion dengan Grab 21RM. Sampai disana bingung mau makan apa. Bapak dan Ibu tetap pilih makanan Indonesia. Makanan Indonesia yang kaya di warteg yang tinggal tunjuk gitu porsinya banyak loh. Ibu makan di Scissor Cut, sejenis makanan Indonesia gitu, nasi putih 2RM, daging-dagingan sekali tunjuk harganya 7.60RM, sayur-sayuran dan sejenisnya sekali tunjuk 7.60RM. Ditambah 6% pajak layanan. Soal rasa bisa dibilang enak. Tapi gini, kangkungnya gak ada rasa, eh ayam bakarnya enak. Bapak makannya takeaway di Stand Melayu & Padang, 1 sup ayam 6.90RM ditambah biaya plastic bag 0.20RM. Saya sendiri akhirnya makan mie-miean di Mee Jawa. Saya pesan Penang Fried  Kuey Tew seharga 12RM ditambah tax 6%. Rasanya? Standar sih kaya kwetiau tumis biasa. Teman saya pesan Prawn Mee 12.70RM sudah termasuk pajak. Kuahnya asli enak dan segeerrr, sama porsinya banyak. Minuman paling favorit disini yaitu teh tariknya. Apa lagi yang beneran pakai ditarik-tarik buatnya. Awas jangan sampai salah. Teh tarik gak pakai es. Kalau kamu mintanya teh tarik pakai es, malah dikasih teh susu gitu.

Mee Jawa

Menu Mee Jawa

Prawn Mee

Penang Fried Kuey Tew

Selesai makan, lanjut ke pelataran yang familiar buat foto-foto di Pavilion. Orang lokal sama turis sudah campur baur disini. Gak banyak yang bisa dilakukan disini selain foto-foto. Mau ke Vinnci yang tinggal nyebrangpun sudah gak kepikiran. Akhirnya pulang aja karena ada misi lain yang sangat penting yaitu belanja. Grab dari Pavilion ke Maytower dengah harga 12RM.

Pavilion

Di apartemen, saya minta Bapak istirahat dulu di kamar. Cewek-cewek lanjut mau belanja. Kami belanja di MyDin jalan Masjid India. Bahkan driver Grab aja bilang, ini toko serba murah. Di minimarket lobby apartemen, air galon 9 liter bisa 7RM, di MyDin mulai dari 2RM. Pokoknya mau beli keperluan sehari-hari disini sudah lengkap banget dan murah, bahkan snack buat oleh-oleh atau sekedar cemilan tapi maunya yang made in Malaysia, disini lumayan banyak pilihan. Lantai 1 itu coklat-coklatan, lantai 2 makanan dan minuman, lantai 3 susu bayi dan lainnya. Coklat buat oleh-oleh yang paling ramai diburu biasanya milo, kitkat sama Beryl’s. Beryl’s mulai dari 4 Ringgit buat oleh-oleh dibagi atu-atu ke teman. Kalau coklat pack yang gede saya beli yang merk IZZI seharga 10.30RM.

Di seberangnya ada ruko MyDin juga untuk barang-barang. Lantai 1 ada elektronik, lantai 2 untuk baju-baju. Ada baju kurung yang bagus buat anak dan dewasa. Harga yang dewasa mulai 80RM. Kami gak beli baju kurung disini karena sudah target mau ke toko bajunya Datuk Siti Nurhaliza. Kaos anak gambar Malaysia gitu ada juga. Buat bayi ada versi katun yang bagus harganya 7.90RM, buat anak-anak harganya mulai 4.90RM. Harga gak beda jauh kan dengan yang dijual di Petaling Street tapi kualitas beda. Sayang gak sempat foto karena keseruan belanja. Terus pulang dan drop belanjaan ke kamar, ibuk-ibuk tinggal dulu, lanjut anak muda mau jalan-jalan lagi.

Jam 5 sore keluar apartemen. Tujuan kami kali ini adalah Alor Street Art, Changkat Walking Street dan River of Life. Titik tujuan kami saat pesan Grab adalah hotel Izumi Karena gak detect di map kalau di serach Alor Street Art. Saat itu kena 18RM karena jalan lagi macet-macetnya. Kebetulan Alor Street Art dan Changkat ini ada di satu jalan yang sama. Mumpung belum gelap, lumayan masih bagus buat foto. Sedikit sih ini street artnya. Ada di 2 lokasi yang berbeda, cuma berseberangan aja. 

Alor Street Art (lokasi 1)

Alor Street Art (lokasi 1)

Alor Street Art (lokasi 2)

Alor Street Art (lokasi 2)

Alor Street Art (lokasi 2)


Saat sudah mulai gelap, kami lanjut ke Changkat Walking Street. Café atau bar di Changkat sudah banyak yang buka. Katanya bagus kesini saat weekend, karena jalan ditutup dan  pengunjung bakal tumpah di jalan. Gak ada yang special saat itu, jadi kami lanjut ke River of Life dengan Grab seharga 8RM.

Changkat Walking Street

Changkat Walking Street

Kami turun dari Grab di depan Sultan Abdul Samad Building tepat 5 menit sebelum jam 8. Dari situ kami jalan sebentar ke arah belakang Sultan Abdul Samad ini dimana bertepatan dengan River of Life dan Masjid Jamek. Masih ada tuh air mancurnya tapi gak pakai musik. Juga air yang kaya asap-asap itu masih ada. Kami jalan lagi menuju titik photostop River of Life. Sudah jam 8 lewat ditungguin gak muncul-muncul juga dancing fountainnya. Tinggal asap-asap yang di alirannya doang. Cukup hopeless karena gak punya waktu lain lagi selain malam ini . Saya hampir depresi tuh. Tapi saya tetap usaha dan haqqul yaqin. Dimana ada keyaqinan, disitu ada jalan. Browsing lagi dan dapat info dari Trip Advisor kalau pertunjukannya mulai jam 9 sampai jam 11. Langsung bahagia. Nunggu waktu sebelum jam 9, kami memutuskan buat cari makanan ke Kasturi Walk dan Central Market. Tapi sudah banyak yang tutup. Jadi beli jus mangga aja 6RM.

Jus mangga di Kasturi Walk

Balik lagi ke River of Life. Akhirnya yang ditunggu-tunggu nongol juga. Mulai jam 9, dengan Asmaul Husna, lalu lagu perjuangan Malaysia seperti di dancing fountain KLCC. Lama-lama hapal juga sama ini lagu. Lagu-lagunya diputar gak pakai jeda lama. Soalnya show time yang saya lihat di Trip Advisor dari jam 9 sampai jam 11 malam. Pas saya dengerin hasil rekaman, suaranya kecil, jadi kami mendekat ke arah samping, lebih dekat dengan speaker. Hasil rekamannya lebih bagus. Mantab pas muter lagu Adele. Pertunjukannya selesai sekitar 9.45

Lookout point

Dari samping, dekat speaker

Pas pulang, kami pesan Grab di depan Sultan Abdul Samad, kami kelamaan nunggu lampu penyeberangan berubah hijau, eh ternyata kalau malam lampu penyebrangan memang gak aktif. Bapak Grab yang cancel dan kita dikenakan denda 3RM untuk pemesanan selanjutnya. Wadaw. Diakalin dong pesan Grab pakai HP yang lain. Dari Sultan Abdul Samad ke Maytower seharga 8RM. Tapi syukurlah, hajat buat liat air mancur menari bisa terlaksana. Kalau gak, bakal hilang nafsu makan satu minggu gue beb.


"Remember that happiness is a way of travel, not a destination." ~ Roy M. Goodman

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kuliner #19 : Kampung Kecil Plaju - Rumah Makan Lesehan

Tempat makan ini salah satu yang paling rame di Plaju, apalagi saat buka puasa. Sama satu lagi Sambal Lalap di Jalan Jaya. Cuma baru sempet kesini. Yang kami pesan adalah menu "Paket Nasi". Gurame Sambal Bali 32k Udang masak telor asin 35k Udang goreng tepung 35k Jadi saya cobain Sambal Bali alias sambal matah. Langit-langit mulut berasa kaya ada api unggun, panas! Beda kaya sambal matah yang pernah dicoba, biasanya selalu bisa dimakan dan habis, yang ini tuh gak habis karena terlalu pedas. Saya cobain juga sambal di udang itu aja udah pedas, ternyata yang sambal bali lebih gila! Not recommended buat yang lemah kaya aquh. Menu selanjutnya adalah udang masak telur asin atau nama kerennya salted egg prawns. Makanan dengan campuran salted egg familiar buat saya baru satu tahun belakangan. Untuk menu ini asinnya pas dan sangat bisa dinikmati. Kriuk dari tepung udangnya juga masih terasa renyah. Apalagi untuk menu udang goreng tepung satunya, renyah dan g

Kuliner #11 : Bang Rio - Warung Sop Khas Jakarta Cabang ke-Sekian

Malam seninan hunting tempat makan sampai ke Demang Lebar Daun. Nyobain makan di Warung Sop Bang Rio khas Jakarta, yang sebelumnya sudah lama pengen kesini karena ngetop di kalangan orang-orang di kantor. Baru hari itu kesampaian. Oiya, sesuai judulnya, atau saya yang salah tafsir, di daftar menu kan Warung Sop Bang Rio di Demang Lebar Daun ini adalah cabang "999" Bandung. Apakah cabang ke-999 atau namanya di Bandung itu "999" makanya dikasih apostrophe. Gak tau juga. Yang pasti katanya disini makanannya enak-enak. Pokoknya saya mau buktiin sendiri!  Sop Daging Has 20K Ampela Ayam 10K Nasi Putih 8K Saya itu bukan pecinta soup-soupan. Pas ngerasain soup khas Jakarta boleh dibilang rasanya lain dari yang lain. Kuah putihnya itu ternyata dari susu full cream. What? Soup pake susu? Terdengar aneh tapi enak loh. Kata temen sih rasanya udah sama percis kaya yang dijual di Jakarta. Kalau dilihat isi soupnya sedikit, mungkin sekitar 4 sampai 6 poton

Kuliner #7: Saimen - Bakery and Resto

Tes tes